Genre : Drama
Score : 3/5
Bersama nyonya, gw menonton film ini di Grand City, Surabaya. Dan surprisingly, i liked it!
Zainuddin (Herjunot Ali), pemuda
blasteran Makassar dan Minang berniat merantau ke tanah kelahiran
bapaknya di tanah Minang. Dia ingin mengenal keluarga bapaknya sekaligus
memperdalam ilmu agamanya. Di sana dia bertemu dengan Hayati (Pevita
Pearce), bunga desa yang cantik jelita dan menjadi kebanggaan
keluarganya. Cinta Zainuddin ternyata tak beertepuk sebelah tangan.
Hayati juga mencintainya, meski Hayati tau keluarganya tak bakal
menyetujuinya mengingat Zainuddin dianggap tak bersuku dengan pekerjaan
yang ga jelas dan tidak mapan.
Secara tragis, cinta Zainuddin tidak
hanya ditolak keluarga Hayati, tapi juga dia terusir dari tanah
kelahiran bapaknya. Berbekal tekad dan sumpah Hayati yang akan setia
menunggunya, Zainuddin pun pergi ke Padang Panjang. Jarak yang
memisahkan membuat cinta dua insan itu semakin jauh dan tidak jelas.
Apalagi kehadiran Azis (Reza Rahadian) pemuda tampan, kaya raya dan
bergaya hidup modern hadir menjadi sosok ketiga dalam hubungan
memperburuk keadaan.
Film ini menyuguhkan sebuah kisah klasik
yang pernah sukses lewat buku karya Buya Hamka. Dan tidak heran cerita
yang ditawarkan pun kental dengan roman bergaya masa lalu. Kalo di jaman
sekarang, kisah cinta yang dialami tokoh-tokoh ceritanya penuh dengan
hal-hal yang cheesy dan predictable. Gw pribadi sudah meng-
underestimated duluan sebelum nonton. Ternyata ada beberapa kelebihan
yang membuat gw kembali menarik dugaan gw semula.
Setting cerita yang niat membuat film ini
asik untuk dinikmati. Peralihan adegan demi adegan cukup linear dan
menarik. Panorama 4 kota yang ditampilkan pun sangat indah meski ada
beberapa toning color yang cukup mengganggu. Kesan Purple tin yang
ditampilkan disuasana pegunungan Batupih, Sumatera Barat itu terasa
maksa.
Kekuatan akting para pemainnya juga bisa
diacungi jempol terutama Reza Rahadian (as usual), meski aksen Makassar
yang ditampilkan Herjunot Ali bener-bener mengganggu telinga gw. It’s
totally irritating my ears! Sebagai orang yang tau banget logat
Makassar, 80% intonasi makassar Junot itu ga natural dan salah cengkok.
Hehehe… But it’s okay, tokh dia juga tampil oke.
Oia, dari judul film mungkin sebagian
besar akan berpikiran bahwa filmnya akan terinfluence dengan film
Titanic yang melegenda itu. salah besar! Gw melihat sentuhan The Great
Gatsby, film Leonardo Dicaprio justru terasa sangat kental di film ini.
Adegan kapal Van Der Wijck yang tenggelam itu hanya tempelan saja, meski
gw akui, scene ‘tenggelamnya’ sangat art dan menarik.
Overall, gw memberikan score 3/5 untuk film ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar