Senin, 24 Agustus 2009

Merantau : Silat to the world!

Merantau adalah film Indonesia kedua yang saya tonton di bioskop tahun ini. saya memang udah lama tertarik dengan film ini, setelah mendengar ulasan persiapan pembuatannya yang serius. Dan hasilnya? Fantastis!

Oke-oke... dari segi cerita sudah sangat sering saya melihat tema dan plot seperti ini. Yuda, Pemuda baik, lugu dan naif tapi punya hati pahlawan datang ke Jakarta karena tuntutan adat yang ada di daerah Minang. Kemudian bertemu dengan Astrid, wanita cantik, yang teraniaya dan terdesak dengan kondisi lingkungan dan ekonomi. Yuda berniat baik menolong cewek cantik itu, at last terlibatlah dia dengan bule gembong Mafia human trafficking.

Oke... biasa kan?

Tapi jangan tanya masalah action laganya! Keren abis! Mereka berhasil menampilkan suguhan yang mampu membuatku (dan saya yakin penonton lainnya) menahan nafas dan mengeluarkan suara eluhan seolah bisa merasakan kerasnya pukulan dan tinju para pemainnya. Benar-benar ngilu.

Salut buat tim koreo fightingnya. Mereka tampilkan performance total dengan persiapan yang matang sebelumnya. Sesuatu yang belum pernah saya temukan di film Action laga Indonesia. Jika Jepang punya Karate dan Thailand punya Kick boxing serta China punya kungfu, maka Indonesia berhasil "memamerkan" Silat yang indah gemulai tapi dahsyat dan powerful!

Oia... Filmnya di sertai subtitle bahasa inggris. Meski sebenarnya di bagian-bagian awal saya lebih mengharapakan mereka menampilkan juga subtitle bahasa Indonesia, secara 90% pemainnya menggunakan bahasa minang. Mana kadang2 subtitlenya ga sama persis dengan dialog yang ada :D

Christina Hakim, Jempol! Meski hanya tampil sebentar, tapi partnya berhasil banget memerankan sosok ibu yang ditinggal merantau oleh anaknya. Hidup. Saya seolah-olah melihat ibuku berdiri di sana dengan tatapan yang berbicara "cepat pulang nak!"

Endingnya saya suka. Berani lepas dari ending yang biasa terjadi, terutama untuk kategori film-film heroic seperti ini.

Satu lagi... please jangan ajak anak di bawah umur untk ikut serta nonton film ini. Tidak hanya 80% adegannya yang memamerkan kekerasan, tapi juga sumpah serapah yang sangat sering dilontarkan.

Ironisnya, deretan kursi di depanku adalah suami istri lengkap dengan 3 anak balita perempuan. Mereka sedang "piknik" menikmati sajian utama bogem mentah dan ucapan kebun binatang sebagai desertnya. Turut berduka cita! Yang kasihan juga adalah penonton sekitarnya termasuk saya, karena terganggu dengan ulah ketiga anak mereka. Suara-suara mereka merengek atau suara bermain yang riang sambil berdiri memamerkan kepalanya dan berhasil menghalangi pandangan mataku ke layar. Aarghhh!!!

Overall.... 3,5 bintang untuk film ini.
Sangat layak untuk ditonton, daripada nonton film hantu yang ga jelas itu. Hehehe..


Tidak ada komentar: