Score : 3.5 of 5 stars
Ini film korea, jadi wajar kalo komedi khas oriental pun banyak diselipkan dalam film ini. Kalo pernah liat acara tivi lomba masak-masak, nah sedikit banyak film ini mengandung unsur itu. Tapi sebenarnya ada banyak yang ditawarkan dalam film ini selain deretan masakan korea yang terlihat lezat dan mewah. Tapi ada banyak pesan yang ditawarkan dalam film ini.
Shun Chan adalah pemuda yang punya bakat masak. Hanya saja karena tragedi tes terakhir nya terjadi “musibah” dia berniat melupakan impiannya menjadi juru masak hebat dan kemudian beralih profesi menjadi penyuplai sayur-sayuran.
Ketika ada kontes masak yang memperebutkan pisau masak sang koki kerajaan, Shun Chan pun mencoba kembali eksis di dunia masak-masak hanya karena ingin membuktikan ke saingannya bahwa tragedy itu bukan kesalahannya.
Acara lomba masak-masak yang ditampilkan tidak terlalu dominan. Bahkan disajikan dengan gaya ala manga. Malahan, cerita dibalik setiap tema lomba masak justru terasa lebih kental. Dan tentunya dengan sarat pesan yang menyentuh. Saya paling suka kisah Han, si pembuat arang, yang “terlibat” dengan Shun Chan ketika memasuki tema Arang.
Dari film ini saya jadi tau banyak kisah dibalik perkokian. Ternyata untuk menyajikan sebuah masakan yang enak dengan tampilan yang menarik butuh perjuangan yang sangat besar!
Ada juga sih cerita romantisnya tapi menurutku itu hanya tempelan. Cerita masih bisa terbangun rapi meski kisah romantic ini dilepas dari filmnya.
Oia, best quote dari film ini adalah : “it’s not the tongue but the heart that senses the taste!”
Ini film korea, jadi wajar kalo komedi khas oriental pun banyak diselipkan dalam film ini. Kalo pernah liat acara tivi lomba masak-masak, nah sedikit banyak film ini mengandung unsur itu. Tapi sebenarnya ada banyak yang ditawarkan dalam film ini selain deretan masakan korea yang terlihat lezat dan mewah. Tapi ada banyak pesan yang ditawarkan dalam film ini.
Shun Chan adalah pemuda yang punya bakat masak. Hanya saja karena tragedi tes terakhir nya terjadi “musibah” dia berniat melupakan impiannya menjadi juru masak hebat dan kemudian beralih profesi menjadi penyuplai sayur-sayuran.
Ketika ada kontes masak yang memperebutkan pisau masak sang koki kerajaan, Shun Chan pun mencoba kembali eksis di dunia masak-masak hanya karena ingin membuktikan ke saingannya bahwa tragedy itu bukan kesalahannya.
Acara lomba masak-masak yang ditampilkan tidak terlalu dominan. Bahkan disajikan dengan gaya ala manga. Malahan, cerita dibalik setiap tema lomba masak justru terasa lebih kental. Dan tentunya dengan sarat pesan yang menyentuh. Saya paling suka kisah Han, si pembuat arang, yang “terlibat” dengan Shun Chan ketika memasuki tema Arang.
Dari film ini saya jadi tau banyak kisah dibalik perkokian. Ternyata untuk menyajikan sebuah masakan yang enak dengan tampilan yang menarik butuh perjuangan yang sangat besar!
Ada juga sih cerita romantisnya tapi menurutku itu hanya tempelan. Cerita masih bisa terbangun rapi meski kisah romantic ini dilepas dari filmnya.
Oia, best quote dari film ini adalah : “it’s not the tongue but the heart that senses the taste!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar