Selasa, 29 Januari 2013

Habibie dan Ainun (2012)

Genre : Romance, Drama
Score : 1/5

Habibie dan Ainun adalah teman satu sekolah di Bandung waktu SMA. Mereka sama-sama pintar dan sering dijodoh-jodohkan dengan guru mereka. Tapi Habibie tidak pernah tertarik dengan sosok aktif Ainun. Menurut Habibie, Ainun itu seperti gula jawa, hitam pendek dan gemuk. Tapi ucapan itu harus ditarik Habibie ketika beberapa tahun kemudian mereka bertemu lagi. Habibie langsung terpana dan terpesona dengan kecantikaan yang terepancar dari sosok Ainun.

Singkat cerita Habibie jatuh cinta dan ternyata Ainun juga merasakan hal yang sama. Oleh karena itu meski banyak pemuda kaya yang datang, Ainun menjatuhkan pilihan menerima lamaran Habibie.
Setelah menikah, Ainun menemani Habibie melanjutkan studinya di Jerman. Di sana mereka hidup sangat sederhana. Bahkan bisa dibilang menderita. Hidup mereka mulai berangsur membaik ketika project Habibie diterima di perusahaan kereta api tempat Habibie magang mencari uang tambahan.

Bintang Habibie semakin bersinar ketika dia akhirnya ditawarkan bekerja di Indonesia, meski sebelumnya sempat mengalami penolakan. Cita-citanya membuat pesawat terbang untuk Indonesia semakin dekat.

Tidak hanya karir, kehidupan rumah tangga Habibie dan Ainun juga adem tenteram. Mereka saling melengkapi dan mengisi, hingga kemudian Ainun harus 'pergi' meninggalkan belahan hatinya, Habibie untuk selamanya.

***



Sebelumnya mohon maaf yak buat yang sangat ngefans dengan film ini dan katanya sudah nonton berulang kali. Karena di review ini gw cuma bisa ngasih nilai 1/5 aja. Maaf!

Gw ga akan mengomentari cerita yang dipaparkan film ini. Atau bagaimana karakter Bapak Habibie sebenarnya. Review gw ini hanya akan membahas teknis filmnya saja. Bagaimana film ini menyampaikan jalan cerita.

Kalo soal cerita cinta Habibie dan Ainun yang romantis atau bagaimana idealisnya sosok Pak Habibie itu ga perlu diragukan lagi. Itu jempolan! Gw juga berhasil dibuat merinding dan bahkan berkaca-kaca ketika kisah itu gw baca lewat bukunya yang berjudul sama dengan film ini. Terharu dengan rentetan tulisan tangan Pak Habibie yang terlihat sangat jelas menyatakan betapa berartinya sosok Ainun bagi dirinya.

Kalo filmnya sendiri? DAPUK!!!
Gw tidak merasakan romantismenya kisah itu. Gw tidak berhasil merasakan betapa kuatnya kisah cinta Habibie dan Ainun dalam film ini. Film ini tidak lebih sebuah film cerita cinta picisan yang basi. Entah kenapa, kekuatan cerita yang ada tidak tersampaikan dengan baik. Plot cerita juga tidak rapi. Alur maju mundurnya terkesan diletakkan sembarangan. Belum lagi setting filmnya yang ga banget. Iklan di mana-mana dan disisipkan secara norak. Lo bayangin aja, ada coklat Chocolatos di awal tahun 80-an? Si Punjabi, produser picisan itu kehabisan modal ya sampai harus menabur beberapa produk di dalam film ini?! 3 buah iklan produk di awal film aja sudah mengganggu banget. Serasa nonton sinetron aja!

Alur cerita ini terasa terburu-buru. Kehidupan di Jerman yang di bukunya digambarkan dengan baik, hilang ga berbekas. Oke ini masalah durasi, tapi bisa saja kan fokus ke salah satu poin aja. Belum lagi perjalanan karir pak Habibie yang akhirnya terlibat politik, pun diceritakan nanggung.

Untungnya Reza Rahardian bermain sangat apik. Berhasil menghidupkan karakter Pak Habibie lewat gesture dan cara bicaranya. Meski secara fisik Reza jauh dari sosok beliau. Chemistry terkuat diantara BCL-Reza hanya berhasil gw rasakan di 5 menit treakhir ketika Ibu Ainun terbaring lemah tidak bisa berbicara dan Pak Habibie berdoa menangis sambil mencium wajah isterinya. Dan paling mencekat adalah ketika adegan terakhir, film ini menampilkan Pak Habibie duduk terpekur menciumi nisan isterinya. Dan poin inilah yang menghasilkan 1 bintang saja.



Untungnya film ini menceritakan sebuah kisah cinta yang epic yang keknya sudah membius rakyat Indonesia. True Love does exist! Makanya jutaan penonton itu tidak peduli dan seolah buta akan bagaimana buruknya film ini menyampaikan cerita cinta Habibie dan Ainun. Yah... sang produser memang jeli melihat selera pasar.

Sebagai informasi, selama kurang lebih 2 jam gw tersiksa menonton film ini. Gw hanya sayang aja sudah kadung beli tiket tapi harus keluar dari bioskop sebelum filmnya habis. Meski beberapa penonton juga sudah melakukan itu. Dan yang lebih heboh, ibu-ibu di samping kiri gw tersengal-sengal menangis bombay dengan film ini. Bukan cuma itu, ibu-ibu yang lain juga keluar dengan mata sembab sambil meluk-meluk pasangannya. So sweet banget. Asli gw ngakak-ngakak keluar dari studio.

Buat yang suka dengan cerita cinta Pak Habibie dan Ainun, mending beli dan baca bukunya deh dari pada nonton filmnya.



2 komentar:

Anonim mengatakan...

jiahahaha... ancha sadis bener ngasih bintangnya. klo gw bilang sih, seandainya film itu bukan cerita pak habibi dan ibu ainun, ga bakalan meledak kayak sekarang. hehe

Kacamata mengatakan...

Hahaha...
Kalo bukan kisah H&A, ga ada yang mau nonton. Karena pasti ga sebombastis ini dibicarakan org.