Senin, 22 Juni 2009

Ketika Cinta Bertasbih - Better than Ayat-ayat Cinta

Kalo bicara soal cerita novel, saya akan milih Novel Ayat-ayat cinta (A2C) dibandingkan Novel Ketika Cinta Bertasbih (KCB). Novel A2C ceritanya lebih menyentuh, fokus dan lebih kompleks. Sementara KCB terlalu banyak tokoh jadi tidak fokus, bahkan melebar kemana-mana. Ceritanya terkesan dipanjang2kan demi mengejar target dwilogi. Itupun diakhir buku kedua masih ada kesan akan dilanjutkan.



Tapi kalo bicara soal film, terutama dari sisi kualitas filmnya, saya jujur lebih megang KCB. Keliatan banget kalo Produsernya niat membuat karya besar kang Abik itu menjadi sebuah film sukses. Dimulai dari setting lokasi yang sama dengan novel aslinya sampai pemilihan pemain yang fresh dan tidak pasaran.

Lokasi film ini memang benar-benar di mesir, Keindahan dan rasa eksostis nya terasa banget terutama di awal-awal film. Tapi ada beberapa adegan seperti menggunakan blue screen (teknologi menggabungkan gambar latar dengan adegan pemain di studio) Seperti adegan jamuan di tepi pantai Alexandria.

Pemain-pemain muda dan baru itu memang bisa menghindari kejenuhan penonton dari aktor "itu lagi itu lagi". Thanks God, bukan Dude Herlino yang jadi Azzam. Tapi karena saking barunya, terlihat banget kekakuan mereka. Terutama di adegan2 yang melibatkan emosi. Asli saya ketawa liat adegan yang lebay itu. Azzam yang lulus ujian, Furqam ketauan AIDS, Tiara yang dilamar orang lain, Husna yang datang menjemput Azzam di bandara dan lain-lain.



Satu poin plus lagi selain keberanian mereka memilih tempat dan pemain muda adalah kecakapan penulis naskahnya mentransfer buku pertama KCB kedalam bahasa film. Saya bisa katakan sukses. Saya bisa melihat lembaran-lembaran bukunya kedalam layar lebar itu. Semua part ada. Kalo pun ada yang hilang adalah sesuatu yang memang bisa di ignore dan dikesampingkan. Tidak dilebih2kan apalagi merubah jalan cerita secara major.

Hanya saja kata to be continued di akhir film sangat menganggu. Tanpa kata itu saya yakin orang juga tau kalo film ini bakal ada dua seri (tau deh kalo mau dibuat jadi tiga atau empat. i really don't hope so!) Seperti sinetron-sinetron kita aja. Apalagi ada deretan adegan2 untuk film selanjutnya. Komplit deh Sintetron versi layar lebar.

Yang juga cukup mengganggu adalah selipan-selipan "Jualan" dalam film ini. Bank Mandiri, Motor Mio, Lorin Spa, dan masih banyak lagi. Memang sih hal ini udah menjadi hal biasa bahkan untuk film sekelas hollywood juga sering melakukannya. Transformer aja filmnya bertabur iklan produk ternama. Tapi aneh aja ketika Husna bilang "untung bisa SMS banking banknya!" atau "Motor Mio ku masih bagus kok!". Jualan banget gitu loh!

Overall, filmnya ga mengecewakan tapi tidak juga ga menggembirakan. Standar lah. At least dibanding A2C film ini masih bisa berkibar. Apalagi dibanding film lokal hantu-hantu yang ga jelas itu.

Tidak ada komentar: