Score : 3/5
Coach Carter adalah Agen perubahan tidak hanya dalam kubu basket Richmond High School, tapi juga bagi sekolah dan daerah Richmond itu sendiri. Bagaimana tidak, Sekolah dan daerah yang terkenal dengan kebrutalan (sex, drugs dan kehidupan gang) sangat kental di sana.
Digambarkan system edukasi yang sangat rendah disana. Hanya 50% dari siswa Richmond yang bisa menyelesaikan high school nya, dan 6% diantaranya yang berhasil tembus universitas.
Coach Carter yang semula hanya pemilik tokoh olahraga, tergerak untuk merubah semua itu. Diawali dengan menjadi pelatih tim basket ball yang juga memiliki track record kemenangan yang sangat minim. Carter menawarkan “kontrak kerja” yang terasa sangat berat bagi mereka, karena bukan Cuma skil bermain basketnya yang harus dibenahi, mereka juga harus mau perbaiki kemampuan akademiknya paling tidak mencapai IPK 2.3.
Memang benar, selalu terasa berat untuk memulai perubahan. Hal ini pulalah yang dirasakan para anggota basket ball Richmond. Tapi ketika mereka menunjukkan kemenangan secara beruntun, semangat dan kepercayaan diri pun bangkit, Bahkan Cruz sang top skorer tim musim lalu pun kembali berminat untuk bergabung dengan Richmond.
Coach Carter dari awal melihat mereka punya skill yang baik. Hanya karena tidak diarahkan dengan baik, mereka akhirnya tidak bisa menampilkan hasil yang maksimal. Dengan strategi yang baru, tegas dan cenderung keras, Carter berhasil merubah pola pikir mereka. Play as a winner, act as a winner.
Dan hebatnya lagi. Carter juga berhasil mengajak mereka berpikir jauh kedepan. Berpikir tentang masa depan mereka, apa yang akan mereka lakukan setelah tamat sekolah.
Coach Carter adalah seorang contoh pemimpin transformational. Pendekatan yang dilakukan sangat efektif dengan mengajak keaktivan siswa-siswa untuk berpikir lebih jaun, tidak hanya selangkah kedepan tapi puluhan bahkan ratusan langkah kedepan. Efek perubahan yang dilakukan sangat besar, memberikan pengaruh positif dalam kehidupan para siswanya kedepan.
Sementara para siswanya juga cenderung masuk kategori resistance of change. Terkadang orang takut berubah karena tidak percaya dengan kemampuannya. Mereka terbelenggu dengan ketakutannya sendiri. Ketakutan yang mereka sendiri tidak bisa definisikan dengan baik. Di part terakhir film ini, Cruz mengungkapkan definisi ketakutan terdalam yang ada dalam diri manusia dengan sangat menyentuh. Dan saya suka sekali dengan kalimat itu :
“Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are powerful beyond measure. It is our light, not our darkness that most frightens us. Your playing small doesn't serve the world. There is nothing enlightened about shrinking so that other people won't feel insecure around you. We are all meant to shine, as children do. It is not just in some of us, it is in everyone, and as we let our own light shine, we unconsciously give other people permission to do the same. As we are liberated from our own fear, our presence automatically liberates others”
Satu-satunya pesan negatif yang saya tangkap dalam film ini adalah pembenaran aborsi. Dalam film ini, aborsi seolah-olah merupakan langkah yang paling benar ketika terjadi kehamilan di luar nikah pada remaja. Meskipun kisah itu hanya tempelan dari cerita inti, tapi cukup menganggu buat saya.
======
Review kali ini terasa berbeda, karena film ini merupakan salah satu tugas UAS untuk mata kuliah saya. Kami harus bisa menangkap perubahan manajemen dan pesan-pesan lainnya yang diterapkan sang pelatih.
Terlepas dari banyaknya pesan yang bisa ditangkap dalam film ini, secara keseluruhan Coach Carter kurang lebih sama dengan film-film bergenre sejenis. Kisah cinderella dalam sebuah tim Sport sudah banyak sebelumnya. Jadi tipikal dan tentunya predictable. Mungkin yang agak menarik adalah saya akhirnya mencoba melihat sebuah film dari sisi lain. Bukan sekedar tampilan yang terlihat di mata, bukan juga runutan cerita tapi juga lebih banyak membaca behind story nya. Bagaimana sebenarnya sosok Carter itu dan lebih intens mencoba menangkap pesan moral yang ada dalam film.
Coach Carter adalah Agen perubahan tidak hanya dalam kubu basket Richmond High School, tapi juga bagi sekolah dan daerah Richmond itu sendiri. Bagaimana tidak, Sekolah dan daerah yang terkenal dengan kebrutalan (sex, drugs dan kehidupan gang) sangat kental di sana.
Digambarkan system edukasi yang sangat rendah disana. Hanya 50% dari siswa Richmond yang bisa menyelesaikan high school nya, dan 6% diantaranya yang berhasil tembus universitas.
Coach Carter yang semula hanya pemilik tokoh olahraga, tergerak untuk merubah semua itu. Diawali dengan menjadi pelatih tim basket ball yang juga memiliki track record kemenangan yang sangat minim. Carter menawarkan “kontrak kerja” yang terasa sangat berat bagi mereka, karena bukan Cuma skil bermain basketnya yang harus dibenahi, mereka juga harus mau perbaiki kemampuan akademiknya paling tidak mencapai IPK 2.3.
Memang benar, selalu terasa berat untuk memulai perubahan. Hal ini pulalah yang dirasakan para anggota basket ball Richmond. Tapi ketika mereka menunjukkan kemenangan secara beruntun, semangat dan kepercayaan diri pun bangkit, Bahkan Cruz sang top skorer tim musim lalu pun kembali berminat untuk bergabung dengan Richmond.
Coach Carter dari awal melihat mereka punya skill yang baik. Hanya karena tidak diarahkan dengan baik, mereka akhirnya tidak bisa menampilkan hasil yang maksimal. Dengan strategi yang baru, tegas dan cenderung keras, Carter berhasil merubah pola pikir mereka. Play as a winner, act as a winner.
Dan hebatnya lagi. Carter juga berhasil mengajak mereka berpikir jauh kedepan. Berpikir tentang masa depan mereka, apa yang akan mereka lakukan setelah tamat sekolah.
Coach Carter adalah seorang contoh pemimpin transformational. Pendekatan yang dilakukan sangat efektif dengan mengajak keaktivan siswa-siswa untuk berpikir lebih jaun, tidak hanya selangkah kedepan tapi puluhan bahkan ratusan langkah kedepan. Efek perubahan yang dilakukan sangat besar, memberikan pengaruh positif dalam kehidupan para siswanya kedepan.
Sementara para siswanya juga cenderung masuk kategori resistance of change. Terkadang orang takut berubah karena tidak percaya dengan kemampuannya. Mereka terbelenggu dengan ketakutannya sendiri. Ketakutan yang mereka sendiri tidak bisa definisikan dengan baik. Di part terakhir film ini, Cruz mengungkapkan definisi ketakutan terdalam yang ada dalam diri manusia dengan sangat menyentuh. Dan saya suka sekali dengan kalimat itu :
“Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are powerful beyond measure. It is our light, not our darkness that most frightens us. Your playing small doesn't serve the world. There is nothing enlightened about shrinking so that other people won't feel insecure around you. We are all meant to shine, as children do. It is not just in some of us, it is in everyone, and as we let our own light shine, we unconsciously give other people permission to do the same. As we are liberated from our own fear, our presence automatically liberates others”
Satu-satunya pesan negatif yang saya tangkap dalam film ini adalah pembenaran aborsi. Dalam film ini, aborsi seolah-olah merupakan langkah yang paling benar ketika terjadi kehamilan di luar nikah pada remaja. Meskipun kisah itu hanya tempelan dari cerita inti, tapi cukup menganggu buat saya.
======
Review kali ini terasa berbeda, karena film ini merupakan salah satu tugas UAS untuk mata kuliah saya. Kami harus bisa menangkap perubahan manajemen dan pesan-pesan lainnya yang diterapkan sang pelatih.
Terlepas dari banyaknya pesan yang bisa ditangkap dalam film ini, secara keseluruhan Coach Carter kurang lebih sama dengan film-film bergenre sejenis. Kisah cinderella dalam sebuah tim Sport sudah banyak sebelumnya. Jadi tipikal dan tentunya predictable. Mungkin yang agak menarik adalah saya akhirnya mencoba melihat sebuah film dari sisi lain. Bukan sekedar tampilan yang terlihat di mata, bukan juga runutan cerita tapi juga lebih banyak membaca behind story nya. Bagaimana sebenarnya sosok Carter itu dan lebih intens mencoba menangkap pesan moral yang ada dalam film.
2 komentar:
apakah film ini diangkat dari kisah nyata min?
Iya, film ini diangkat dari kisah nyata Ken Carter.
Posting Komentar