Genre : DramaScore : 3.5 of 5 stars
Salah satu film lokal yang sudah lama gw incar sejak pertama kali masuk dalam daftar film "tidak biasa" di beberapa website film.
Film ini bercerita tentang kisah cinta dua remaja yang berbeda agama. Termasuk berani film ini mengusung tema yang sedikit fragile terutama bagi negara seperti Indonesia. Cina jatuh cinta kepada Anisa, seniornya yang cantik. Mereka semakin dekat karena Cina menerima tawaran membantu projek akhir Anisa. Cina butuh uang, Anisa butuh "otak" agar bisa selesai.
Dari percakapan merekalah muncul dialog-dialog yang menggelitik dan terkesan kurang ajar. Mereka sama-sama mengkritisi agama yang dianggapnya menjadi penghambat. Tapi mereka tetap tidak bisa beranjak dan berbuat apa-apa.
God is Architecture itu pendapat mereka. Katanya Tuhan seperti Seorang arsitektur, yang selalu menganggap rancangannyalah yang terbaik tanpa pernah melihat keinginan pemiliknya.
God is Director, ini juga yang mereka sering ucapkan. Karena kata mereka Tuhan itu sering mengatur sekehendak hati.
Dialog-dialog dalam film ini sangat tajam dan provokatif. Bisa menjerumuskan kalo kita menerimanya begitu saja. Butuh pengolahan lebih lanjut agar bisa memahami maksudnya. Gw bahkan beberapa kali sewot dan menyumpahi sang pembuat dialog dalam film ini. Apa maksudnya?
Hal yang tidak biasa juga dalam film ini adalah sinematografinya. Banyak adegan close up dan pengambilan gambar yang tidak linear. Belum lagi susunan gambarnya sarat dengan makna. Jari tangan yang digambar, gigitan apel sampai semut mampu berbicara dan memberikan makna tersendiri dalam film ini. Saya suka.
Overall menarik!
Salah satu film lokal yang sudah lama gw incar sejak pertama kali masuk dalam daftar film "tidak biasa" di beberapa website film.
Film ini bercerita tentang kisah cinta dua remaja yang berbeda agama. Termasuk berani film ini mengusung tema yang sedikit fragile terutama bagi negara seperti Indonesia. Cina jatuh cinta kepada Anisa, seniornya yang cantik. Mereka semakin dekat karena Cina menerima tawaran membantu projek akhir Anisa. Cina butuh uang, Anisa butuh "otak" agar bisa selesai.
Dari percakapan merekalah muncul dialog-dialog yang menggelitik dan terkesan kurang ajar. Mereka sama-sama mengkritisi agama yang dianggapnya menjadi penghambat. Tapi mereka tetap tidak bisa beranjak dan berbuat apa-apa.
God is Architecture itu pendapat mereka. Katanya Tuhan seperti Seorang arsitektur, yang selalu menganggap rancangannyalah yang terbaik tanpa pernah melihat keinginan pemiliknya.
God is Director, ini juga yang mereka sering ucapkan. Karena kata mereka Tuhan itu sering mengatur sekehendak hati.
Dialog-dialog dalam film ini sangat tajam dan provokatif. Bisa menjerumuskan kalo kita menerimanya begitu saja. Butuh pengolahan lebih lanjut agar bisa memahami maksudnya. Gw bahkan beberapa kali sewot dan menyumpahi sang pembuat dialog dalam film ini. Apa maksudnya?
Hal yang tidak biasa juga dalam film ini adalah sinematografinya. Banyak adegan close up dan pengambilan gambar yang tidak linear. Belum lagi susunan gambarnya sarat dengan makna. Jari tangan yang digambar, gigitan apel sampai semut mampu berbicara dan memberikan makna tersendiri dalam film ini. Saya suka.
Overall menarik!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar