Score : 4/5
Warning!
Bisa jadi spoiler kelas berat
Sempat deg-degan menanti apakah film ini akan tayang resmi di Indonesia atau akhirnya berakhir di mangga dua saja. Alhamdulillah, akhir Juli kemarin, setelah melewati kontroversi yang panjang-but I don’t care- tepatnya tanggal 29 Juli 2011, Harry Potter dan kawan-kawan resmi tampil di layar lebar meski agak telat juga dari jadwal worldwide, but it’s better than nothing, rite?
Film bagian kedua dari buku terakhir ini menvisualisasikan 12 dari 36 bab yang ada dalam buku ke tujuh. Jadi dari awal saya sudah membayangkan bagaimana serunya film ini, karena 12 bab terakhir itulah yang menjadi titik kulminasi dari kisah perjalanan panjang Harry Potter selama bertahun-tahun. Selain pertempuran yang tergambarkan hebat, tentunya, ada banyak misteri yang terkuak.
Perjalanan Harry mencari dan memusnahkan sisa horcrux yang ada sesuai perintah Dumbledore terus dilakukan. Dan tentunya duel maut antara si hitam dan si putih yang akan menentukan masa depan dunia sihir.
Ada banyak perubahan cerita yang dilakukan oleh sutradara David Yates, selain pemenggalan cerita tentunya. Modifikasi ini ada beberapa yang sangat mengganggu tapi ada juga yang menurut saya jenius karena bisa lebih emosional dari bukunya sendiri.
Kita bahas satu-satu ya :
Penerobasan Gringotts
Di bagian ini cukup lucu melihat Bellatrix bisa tampil manis di mana sebelumnya selalu garang dan mengerikan. Hanya saja breath taking dalam bukunya tidak tergambarkan dengan baik dalam filmnya, mungkin karena terlalu singkat. Bayangan lautan piala yang menyala-nyala di brankas Bellatrix tidak semengerikan yang saya bayangkan, begitu juga proses melarikan diri dengan menggunakan naga. Tapi mantra imperio yang bekerja pada kepala gringotts itu lucu juga.
Kematian dan terbongkarnya misteri Snape
Kalo anda pembaca setia buku Harpot dari 1 sampai 7, saya yakin anda akan setuju bahwa salah satu karakter yang tidak terlupakan dalam kisah ini adalah Severus Snape. Tokoh yang dari buku 1 sampai buku 7 merupakan most hated person! Tapi di 2 bab terakhri JK Rowling berhasil mempecundangi semua pembaca dengan membalikkan keadaan. Benar-benar tidak sopan. Sosok yang banyak membuat teman saya menangis tersedu-sedu ketika tahu misteri siapa sebenarnya Snape. Kematian Snape di buku tergambarkan singkat dan cenderung flat. Tapi di filmnya, Jempol buat Yates, Sadar bahwa Snape bukanlah tokoh ‘antagonis’ biasa, diapun menambahkan sentuhan drama dan air mata di bagian ini. So touching!
Pemusnahan Horcrux Di Hogwarts
Pada part ini Yates membongkar habis cerita bukunya dengan versinya sendiri. Tidak mengubah esensi cerita sama sekali tapi sempat membingungkan. Bagian Ron dan Hermione menghancurkan piala itu dengan taring basilik menurutku bagus, karena di buku itu tidak dijelaskan dengan detil seperti itu. Tapi bagian pemusnahan horcrux diadem, mengecewakan. Kejar-kejaran dengan api di ruang kebutuhan tidak seperti yang saya bayangkan. Kurang menegangkan dan berlalu dengan cepat. Yang paling jenius dan emosional adalah kematian Nagini, ular besar pedamping setia Voldemort yang juga merupakan Horcrux ke enam. Di bukunya saya bahkan melewatkan kematian Nagini yang dibabat habis oleh Longbottom. Saya perlu mengulang beberapa lembar kebelakang untuk mengetahui proses itu. Tapi di filmnya, Yates sekali lagi memodifikasi dengan baik bagaimana seharusnya kematian Nagini jangan menjadi part yang biasa saja. Dan dalam film ini ketika Longbottom hadir sebagai tokoh hero, Para penonton histeris dan tepuk tangan *gw merinding nulis part ini* Saya akui hal yang dilakukan penonton itu norak, tapi entah kenapa saya menikmati kenorakannya. Saya percaya, Itu adalah luapan emosi para pencinta Harry Potter. Dan saya berhasil terbawa dengan emosi saat itu. Dan tau ga, tiba-tiba Longbottom menjadi sosok “from zero to hero”. Suddenly he became eye center, karena sejak itu, setiap kali muncul para penonton masih berdesah dan menyuarakan ciee ataupun sekedar decakan kagum.
Pertempuran di hutan terlarang
Ketika Harry memutuskan untuk datang menjemput ajalnya di hutan terlarang sesuai dengan undagan Voldemort, itu adalah part yang menyedihkan yang saya dapat dalam film ini (selain part ketika Snape histeris sambil memeluk Lily Potter yang mati). Bagaimana tidak, Harry Potter sudah membulatkan tekad untuk memusnahkan semua horcrux , tapi kemudian sangat mengagetkan adalah (di sini jeniusnya JK Rowling mengaduk-aduk perasaan kita saat membaca bukunya) ketika mengetahui bahwa dirinya sebenarnya adalah horcrux terakhir yang tercipta secara tidak sengaja. Dilematis pun terjadi, jika ingin memusnahkan Lord Voldemort, Harry Potter pun harus mati. Simalakama! Dan momen itu menurut saya sangat berhasil digambarkan dalam filmnya. Kesedihan Harry berjalan gontai meninggalkan Ron dan Hermione untuk menghadap Voldemort itu bisa saya rasakan, untuk pertama kalinya Si Radcliffe menampilkan expresi yang pas seperti yang saya harapkan.
King’s Cross
Jika anda bingung mengapa akhirnya Dumbledore meminta Harry memusnahkan Horcrux dibanding mecari dan memiliki Deathly Hallows, baca ceritanya di bab-bab terakhir dari buku ke 7. Satu bab khusus membahas percakapan yang sangan dalam dan meaningful antara Harry dan Dumbledore. Bab yang menurut saya kesimpulan dari semua perjalanan hidup Harry Potter selama mengembara di dunia sihir. Penggambaran setting King’s cross sangat diluar dugaan, bagus! Tapi hanya saja pemenggalan percakapan mereka sangat disayangkan. Apalagi ada yang salah penerjemahannya. Aargghhh Something loss aja rasanya. *penerjemahnya kerja buru-buru kali ya?*
Final Battle
Ini juga plus minus. Plusnya adalah tergambar epic dan cukup menegangkan. Desakan Voldemort terhadap Harry cukup breathtaking terutama di bagian ketika jubahnya berkibar-kibar menjadi beberapa bagian dan menjerat tubuh Harry. Kematiannya cukup dramatis dengan serpihan abu yang terbang ke atas (kalo kamu nonton versi 3Dnya, hanya efek inilah yang terasa dan menjadi pembeda kalo kamu sedang nonton berformat tiga dimensi, karena serpihan abunya itu seperti melayang-layang di depan mata)
HANYA SAJA KENAPA BEGITU PROSES MATINYA!!! (Sengaja capslock dan pake tanda seru tiga saking gregetannya) Di bukunya itu Voldemort mati karena mantranya sendiri. Jadi catat, bukan Harry Potter yang membunuh Voldemort. Tongkat Elder yang menentang rapalan Avada Kedavra yang dilontarkan Voldemort dan kemudian berbalik arah justru menghantam dirinya sendiri. Harry hanya merapalkan mantra Expeliarmus saja! Di buku JK memperlihatkan Kejahatan itu bisa berbalik menyerang diri kita sendiri. Tapi ya sudahlah, mungkin kematian seperti itu yang diharapkan Hollywood.
Catatan lain
- Hermione sekali lagi tampil memukau. Entah apa jadinya seandainya dia tumbuh besar tidak seperti sekarang. Hehehe…
- Adegan epilog 19 years later itu lucu sekali, anak-anak Harry – Ginny itu super imut dan cute. Meski para orangtuanya terlihat didandani paksa x__x
- Dan yang paling mengharukan adalah tepuk tangan menonton mengiringi kepergian kereta yang membawa generasi potter selanjutnya menuju Hogwarts dari peron 9 ¾ . Merasa sedih akhirnya perjalanan kisah yang menemani kita 10 tahun bahkan lebih berakhir juga. Ada yang hilang :’(
Standing applause for JK Rowling, yang mengajarkan banyak hal tentang friendship, togetherness, CInta, kebaikan dan pengetahuan yang selalu di atas segalanya. Sampai bertemu di master piece anda berikutnya.
Warning!
Bisa jadi spoiler kelas berat
Sempat deg-degan menanti apakah film ini akan tayang resmi di Indonesia atau akhirnya berakhir di mangga dua saja. Alhamdulillah, akhir Juli kemarin, setelah melewati kontroversi yang panjang-but I don’t care- tepatnya tanggal 29 Juli 2011, Harry Potter dan kawan-kawan resmi tampil di layar lebar meski agak telat juga dari jadwal worldwide, but it’s better than nothing, rite?
Film bagian kedua dari buku terakhir ini menvisualisasikan 12 dari 36 bab yang ada dalam buku ke tujuh. Jadi dari awal saya sudah membayangkan bagaimana serunya film ini, karena 12 bab terakhir itulah yang menjadi titik kulminasi dari kisah perjalanan panjang Harry Potter selama bertahun-tahun. Selain pertempuran yang tergambarkan hebat, tentunya, ada banyak misteri yang terkuak.
Perjalanan Harry mencari dan memusnahkan sisa horcrux yang ada sesuai perintah Dumbledore terus dilakukan. Dan tentunya duel maut antara si hitam dan si putih yang akan menentukan masa depan dunia sihir.
Ada banyak perubahan cerita yang dilakukan oleh sutradara David Yates, selain pemenggalan cerita tentunya. Modifikasi ini ada beberapa yang sangat mengganggu tapi ada juga yang menurut saya jenius karena bisa lebih emosional dari bukunya sendiri.
Kita bahas satu-satu ya :
Penerobasan Gringotts
Di bagian ini cukup lucu melihat Bellatrix bisa tampil manis di mana sebelumnya selalu garang dan mengerikan. Hanya saja breath taking dalam bukunya tidak tergambarkan dengan baik dalam filmnya, mungkin karena terlalu singkat. Bayangan lautan piala yang menyala-nyala di brankas Bellatrix tidak semengerikan yang saya bayangkan, begitu juga proses melarikan diri dengan menggunakan naga. Tapi mantra imperio yang bekerja pada kepala gringotts itu lucu juga.
Kematian dan terbongkarnya misteri Snape
Kalo anda pembaca setia buku Harpot dari 1 sampai 7, saya yakin anda akan setuju bahwa salah satu karakter yang tidak terlupakan dalam kisah ini adalah Severus Snape. Tokoh yang dari buku 1 sampai buku 7 merupakan most hated person! Tapi di 2 bab terakhri JK Rowling berhasil mempecundangi semua pembaca dengan membalikkan keadaan. Benar-benar tidak sopan. Sosok yang banyak membuat teman saya menangis tersedu-sedu ketika tahu misteri siapa sebenarnya Snape. Kematian Snape di buku tergambarkan singkat dan cenderung flat. Tapi di filmnya, Jempol buat Yates, Sadar bahwa Snape bukanlah tokoh ‘antagonis’ biasa, diapun menambahkan sentuhan drama dan air mata di bagian ini. So touching!
Pemusnahan Horcrux Di Hogwarts
Pada part ini Yates membongkar habis cerita bukunya dengan versinya sendiri. Tidak mengubah esensi cerita sama sekali tapi sempat membingungkan. Bagian Ron dan Hermione menghancurkan piala itu dengan taring basilik menurutku bagus, karena di buku itu tidak dijelaskan dengan detil seperti itu. Tapi bagian pemusnahan horcrux diadem, mengecewakan. Kejar-kejaran dengan api di ruang kebutuhan tidak seperti yang saya bayangkan. Kurang menegangkan dan berlalu dengan cepat. Yang paling jenius dan emosional adalah kematian Nagini, ular besar pedamping setia Voldemort yang juga merupakan Horcrux ke enam. Di bukunya saya bahkan melewatkan kematian Nagini yang dibabat habis oleh Longbottom. Saya perlu mengulang beberapa lembar kebelakang untuk mengetahui proses itu. Tapi di filmnya, Yates sekali lagi memodifikasi dengan baik bagaimana seharusnya kematian Nagini jangan menjadi part yang biasa saja. Dan dalam film ini ketika Longbottom hadir sebagai tokoh hero, Para penonton histeris dan tepuk tangan *gw merinding nulis part ini* Saya akui hal yang dilakukan penonton itu norak, tapi entah kenapa saya menikmati kenorakannya. Saya percaya, Itu adalah luapan emosi para pencinta Harry Potter. Dan saya berhasil terbawa dengan emosi saat itu. Dan tau ga, tiba-tiba Longbottom menjadi sosok “from zero to hero”. Suddenly he became eye center, karena sejak itu, setiap kali muncul para penonton masih berdesah dan menyuarakan ciee ataupun sekedar decakan kagum.
Pertempuran di hutan terlarang
Ketika Harry memutuskan untuk datang menjemput ajalnya di hutan terlarang sesuai dengan undagan Voldemort, itu adalah part yang menyedihkan yang saya dapat dalam film ini (selain part ketika Snape histeris sambil memeluk Lily Potter yang mati). Bagaimana tidak, Harry Potter sudah membulatkan tekad untuk memusnahkan semua horcrux , tapi kemudian sangat mengagetkan adalah (di sini jeniusnya JK Rowling mengaduk-aduk perasaan kita saat membaca bukunya) ketika mengetahui bahwa dirinya sebenarnya adalah horcrux terakhir yang tercipta secara tidak sengaja. Dilematis pun terjadi, jika ingin memusnahkan Lord Voldemort, Harry Potter pun harus mati. Simalakama! Dan momen itu menurut saya sangat berhasil digambarkan dalam filmnya. Kesedihan Harry berjalan gontai meninggalkan Ron dan Hermione untuk menghadap Voldemort itu bisa saya rasakan, untuk pertama kalinya Si Radcliffe menampilkan expresi yang pas seperti yang saya harapkan.
King’s Cross
Jika anda bingung mengapa akhirnya Dumbledore meminta Harry memusnahkan Horcrux dibanding mecari dan memiliki Deathly Hallows, baca ceritanya di bab-bab terakhir dari buku ke 7. Satu bab khusus membahas percakapan yang sangan dalam dan meaningful antara Harry dan Dumbledore. Bab yang menurut saya kesimpulan dari semua perjalanan hidup Harry Potter selama mengembara di dunia sihir. Penggambaran setting King’s cross sangat diluar dugaan, bagus! Tapi hanya saja pemenggalan percakapan mereka sangat disayangkan. Apalagi ada yang salah penerjemahannya. Aargghhh Something loss aja rasanya. *penerjemahnya kerja buru-buru kali ya?*
Final Battle
Ini juga plus minus. Plusnya adalah tergambar epic dan cukup menegangkan. Desakan Voldemort terhadap Harry cukup breathtaking terutama di bagian ketika jubahnya berkibar-kibar menjadi beberapa bagian dan menjerat tubuh Harry. Kematiannya cukup dramatis dengan serpihan abu yang terbang ke atas (kalo kamu nonton versi 3Dnya, hanya efek inilah yang terasa dan menjadi pembeda kalo kamu sedang nonton berformat tiga dimensi, karena serpihan abunya itu seperti melayang-layang di depan mata)
HANYA SAJA KENAPA BEGITU PROSES MATINYA!!! (Sengaja capslock dan pake tanda seru tiga saking gregetannya) Di bukunya itu Voldemort mati karena mantranya sendiri. Jadi catat, bukan Harry Potter yang membunuh Voldemort. Tongkat Elder yang menentang rapalan Avada Kedavra yang dilontarkan Voldemort dan kemudian berbalik arah justru menghantam dirinya sendiri. Harry hanya merapalkan mantra Expeliarmus saja! Di buku JK memperlihatkan Kejahatan itu bisa berbalik menyerang diri kita sendiri. Tapi ya sudahlah, mungkin kematian seperti itu yang diharapkan Hollywood.
Catatan lain
- Hermione sekali lagi tampil memukau. Entah apa jadinya seandainya dia tumbuh besar tidak seperti sekarang. Hehehe…
- Adegan epilog 19 years later itu lucu sekali, anak-anak Harry – Ginny itu super imut dan cute. Meski para orangtuanya terlihat didandani paksa x__x
- Dan yang paling mengharukan adalah tepuk tangan menonton mengiringi kepergian kereta yang membawa generasi potter selanjutnya menuju Hogwarts dari peron 9 ¾ . Merasa sedih akhirnya perjalanan kisah yang menemani kita 10 tahun bahkan lebih berakhir juga. Ada yang hilang :’(
Standing applause for JK Rowling, yang mengajarkan banyak hal tentang friendship, togetherness, CInta, kebaikan dan pengetahuan yang selalu di atas segalanya. Sampai bertemu di master piece anda berikutnya.
2 komentar:
Detail banget ;) Idem
sipppp ;)
Posting Komentar