Jumat, 05 Februari 2010

Ada apa dengan film Horor Indonesia?

Film Indonesia sempat mati suri. Setelah menaburkan tema es*k-e*ek yang ga jelas di tahun 1990-an para sineas kita sepertinya tumpul untuk berkarya. Entah kehabisan ide atau kehabisan investor. Yang jelas jumlah produksi film setiap tahun bisa dihitung jari.

Hingga kemudian memasuki era millenium, beberapa film Indie berhasil menggelitik minat nonton masyarakat Indonesia. Selain masyarakat Indonesia sudah rindu dengan film lokal karya anak bangsa, tema yang dihadirkan film-film tersebut memang menarik. Sebut saja Kuldesak dan Bintang Jatuh.

Hingga kemudian film Sherina booming di awal tahun 2000. Antrian di loket-loket bioskop pun terlihat di mana-mana. Sangat membanggakan, meski ceritanya "sedikit" meniru-niru film Home Alone. Tidak lama muncullah film yang fenomenal, Ada Apa Dengan Cinta. Film yang melambungkan nama-nama sineas yang terlibat di dalamnya. Tidak hanya pemainnya tapi juga man behind the scene-nya. Dian Sastro, Nicholas Saputra, Titi Kamal sampai Riri Riza dan Mira Lesmana. Film bertema percintaan remaja ini pun banyak di ikuti produser lainnya.

Setelah virus A2DC reda, tiba-tiba berita perfilman Indonesia kembali dihebohkan dengan film Horor modern pertama yang pernah ada di negeri kita. JELANGKUNG. Film Rizal Mantovani ini menjadi pembicaraan di mana-mana. Apalagi ceritanya dibombastis dengan banyaknya berita-berita mistis seperti penonton kesurupan saat menonton Jelangkung. Harus saya akui bahwa Jaelangkung memang berhasil membuatku paranoid selama hampir tiga malam (ga lebay). Yang lebih heboh lagi, film ini katanya dibeli distributor Hollywood yang banyak menawarkan film Horor remaja, Dimension. Meski kemudian berita Jelangkung goes to Hollywood ini pun tidak terdengar sampe sekarang.

Well, entah kenapa sifat latah yang kental dalam darah kita (kita? lo aja kale gw ga!) kembali bergejolak. Sukses film jaelangkung kembali menginspirasi para produser untuk membuat film bertema sejenis. Deretan film horor pun semakin panjang dan beragam. Tragisnya, makin kesini, film horor kita semakin KREATIF. Mulai dari judul film sampai poster film pun terlihat bodoh. Lebih bodoh lagi ketika ketahuan menjiplak poster film luar. Ada yang miripnya hanya "sedikit" dan ada juga yang benar-benar sama persis hingga ke tagline segala. (baca artikel posternya di sini).

Saya jadi berpikir, ada apa dengan tema Horor? Kenapa para produser begitu getol membuat dan terus membuat meski cercaan dan hujatan datang dari segala penjuru (termasuk saya) !
Kenapa pula masyarakat kita masih saja menggemari film begini yang jelas-jelas menawarkan cerita kosong dan bulshit! Ada apa ya?

Well.... Mungkin di bawah ini bisa menjawab pertanyaan, kalo di antara kalian ada yang punya pemikiran sama dengan saya.

1. Horor = Mistis
Di kebanyakan masyarakat Indonesia, memang masih sangat kental dengan unsur-unsur mistis. Coba aja buat percakapan tentang hal-hal yang berbau mistis, maka pembicaraan bisa berlanjut hingga berlarut-larut. Bahkan cerita yang tadinya hanya sebaris dua baris, bisa berkembang menjadi sebuah buku dengan bumbu yang bombastis.
"eh... tau ga, gw tuh pernah liat pocong loh!"
"Gw dong lebih seram, pernah liat Hantu Manggarai!"
Penggalan cerita seperti ini sering saya dapat, terutama di kalangan remaja dan anak-anak kost. Dulu teman kosku malah keranjingan maen jaelangkung pake koin atau pulpen.
Jadi jangan heran, film horor kita rame dipadati dan ditonton remaja-remaja tanggung.
Oia, saya pernah mendengar anak-anak SMP membahas film Kuntilanak segitu seriusnya di kereta. Sampai membanding-bandingkan pengalaman pribadi mereka (yang menurutku kebanyakan boong atau lebay).

2. Film Horor = Film S*x
Kalo yang ini sebenarnya terjadi disemua dunia. Rata-rata film horor menyelipkan adegan vulgar yang terbukti sangat dinikmati oleh manusia yang ada di dunia. Yup... unsur inilah yang menjadi salah satu daya pemikat. Meski sebenarnya tanpa adegan itu pun film akan tetap jalan dan dimengerti penonton. Baru-baru ini film Air terjun Pengantin dan Suster Keramas katanya menampilkan adegan berani yang ga penting itu menuai banyak protes. See... ga berubah kan?!

3. Film Horor = Untung besar
Produser mana yang mau rugi ketika memproduksi sesuatu. Take and give nya harus jelas. Hal inilah yang membuat produser kita berpikir panjang ketika disodorkan film serius dan cenderung berat. Konon, film yang paling gampang balik modal bahkan untung besar ya film horor. Ga percaya?
Ini hitung-hitungan sederhana versi kacamatafilm :

Anggap saja untuk membuat film horor "kacangan" menghabiskan anggaran sebesar 1 Milliar.
Kemudian harga tiket bioskop rata-rata Rp. 15.000,-
Jika kapasitas penonton satu studio 100 orang dengan rata-rata yang nonton 50 orang dan filmnya diputar 5 kali dalam sehari, maka dalam sehari film itu sudah meraup 50 x 5 x Rp. 15.000 = Rp. 3.750.000,-

Kalo film itu tayang selama 10 hari maka satu bioskop menyumbangkan uang sebesar :
10 x Rp. 3.750.000 = 37.500.000,-

Coba bayangkan kalo seluruh jaringan bioskop menayangkan film ini!
Di Jakarta saja, hampir 50 bioskop tersebar merata di wilayah.

Untuk Jakarta saja, jika semua bioskop menayangkan film ini dalam waktu yang sama (10 hari) maka film sudah menggembungkna pundi-pundi sebesar :
50 x Rp. 37.500.000,- =Rp 1.875.000.000,-

Coba liat... Untuk wilayah Jakarta saja keuntungannya sudah hampir 100%. Belum di daerah lain, yang katanya animo masyarakat untuk nonton film beginian itu lebih dahsyat!

Tidak heran kalo para produser itu berlomba-lomba bikin film Horor.

Oke itu aja dulu...

Nanti dilanjutkan. Selain udah kepanjangan, saya sudah mau muntah bahas film beginian

7 komentar:

Nontoono mengatakan...

tapi aku koq gak terlalu yakin ya film begituan akan banyak ditonton

saya aja blom pernah nonton begituan
:)

Kacamata mengatakan...

Saya pernah baca, kalo jumlah penonton untuk film "beginian" itu di atas rata-rata film Indonesia lainnya. (mungkin pengecualian Box Office Indonesia)... makanya produser masih terus buat.

Ga mungkin dong, buat film horor kalo rugi mulu.

Soal kamu ga nonton film beginian... Good for you... Mean kamu bisa membedakan mana film yang harus ditonton mana yang ga...

Sekali lagi itu pilihan... karena ada juga yang cinta mati ma film beginian

3 Bintang Moviebox mengatakan...

Nice movie blog....

Salam kenal...saya juga penggemar berat film. Kecuali Film Indonesia, saya jujur kurang begitu respek dengan produksi negeri ini. Meski tidak semua jelek tetapi saya kurang bangga dengan film Indonesia. terbaru Hantu Puncak bla bla... Mungkin suatu saat nanti akan ada film Indonesia yang lebih berkualitas.

Keep blogging and movie forever!

gilasinema mengatakan...

Penonton punya andil besar dengan maraknya film horor yang, ya begitulah....
Jadi pertanyaannya adalah "Ada apa dengan penonton film horor Indonesia?" hehehehe...

Mereka-mereka yang terlibat dalam sebuah film horor yang ya begitulah...juga tidak punya malu dan rasa tanggung jawab moral untuk memberikan tontonan yang posisitf. Kalopun dicerca, merek bakal menjawab "kita hanya menawarkan hiburan" ato "penonton lagi suka ma yang beginian" bla...bla...bla...

Kacamata mengatakan...

First of all, I'd love to say : Wahhh... senangnya para Movie blogger datang dan komen di blogku. I Thank you all... B-)

@Gerry (3 bintang moviebox) : Harapan film berkualitas itu ada... Pasti! Dimulai dari penonton yang harus bisa memilah film mana yg berkualitas.

Keep blogging and share story ya...

@gilasinema : Maksudnya tulisan ini sebenarnya kenapa film ini jadi tontonan yang digemari, baik penonton maupun produser film...

eka dirgantara mengatakan...

saya termasuk penggemar film horor tapi bukan horor kacangan seperti horor Indonesia....

film2 horor Indonesia kebanyakan gampang ditebak, endingnya pasti seperti itu semua...makanya film horor Indonesia selalu saya skip dari daftar film horor yang saya tonton...

Kacamata mengatakan...

Bener... very predictable story! Tapi dari judul filmnya kadang2 unpredictable loh. Ga ketebak, ini film horor, komedi, asmara atau politik? wkwkwk

btw... thanks udah mmapir di blogku ^^