Senin, 24 Mei 2010

Alice In Wonderland – Good Fashion and Visual

Genre : Adventure + Fantasy
Score : 2.5 of 5 stars

Satu lagi kisah dari kartun jadul yang diangkat ke layar lebar. Ga tanggung-tanggung, Sutradara sekaliber Tim Burton lah yang membesutnya menjadi beda dari kartun aslinya. Lupakan sejenak kartun masa kecil dengan warna penuh ceria dan karakter yang lucu dan menggemaskan. Taste dalam film ini sangat dewasa. Belum lagi cerita yang diangkat sangat jauh dari apa yang yang pernah saya tonton dulu. Seingatku, tidak pernah ada cerita peperangan sedahsyat ini dalam serial kartunnya. Atau karena dulu saya menikmati kartunnya tanpa menyimak esensi ceritanya? Bisa jadi hehehe

Alice diceritakan selalu punya mimpi buruk sejak kecil. Mimpi yang selalu berulang dengan lokasi dan tokoh mimpi yang selalu sama. Dan mimpi itu pun menjadi teman tidurnya sampai kemudian memasuki usia dewasa. Ayahnya yang selalu mengajarkan keberanian untuk menghadapi ketidakmungkinan membuat Alice tumbuh menjadi gadis yang kuat dan pemberani.

Di usianya yang memasuki usia dewasa, Alice dilamar oleh Pemuda bangsawan. Di tengah keraguan antara menerima dan menolak pinangan itu, dia melihat kelinci berjas yang seolah mengajaknya ke suatu tempat. Dari pengejaran itulah Alice terperosok masuk ke dalam dunia Wonderland. Dunia di mana dia bisa melihat hal-hal mustahil yang akan terjadi dalam dunia sesungguhnya. Tapi dari Wonderland itulah Alice bisa mempelajari banyak hal dalam kehidupan dunia sesungguhnya.



Dalam film ini, tampilan visual yang gelap jauh dari kata cerah membuat film ini bertolak belakang dengan kartun sesungguhnya. Tapi justru menghasilkan sesuatu yang dewasa dan misterius. Fashion nya pun sangat menonjol. Buang jauh-jauh gambaran Alice yang hanya menggunakan dress merah (atau biru) bercelemek putih dengan topi atau pita di atas rambutnya yang panjang dan lurus. Belum lagi pasukan kartu yang ringkih berubah wujud menjadi pasukan besi yang kokoh dan keras.


Seingatku sih, kartun yang saya tonton memake baju merah



Yang menjadi Red Queen keren juga. Dan coba aja perhatikan kalo sekilas mirip Sarah Sechan ya? hehehe... Oia Johny Deep kok ga berasa banget ya dalam film ini. Atau karena sudah terbiasa melihatnya berakting dengan dandanan aneh seperti itu, jadi ga aneh lagi?

Hanya sayang keunggulan visual dan fashion itu tidak diikuti oleh kematangan cerita yang ada. Ada part yang terlihat datar dan terlalu membosankan. Serta ending yang basi dan tidak spektakuler.

Oia, ada yang aneh yang sempat tertangkap di telingaku ketika menyebutkan kata JAKARTA oleh Ayah Alice di awal film dan SUMATERA di akhir film. Setahu saya nama Jakarta itu baru belakangan terbentuk. Bukankah di jaman penjajahan Jakarta itu lebih di kenal dengan BATAVIA? Demikan pulan dengan Sumatera lebih di kenala ANDALAS? CMIIW…

Secara keseluruhan di bawah ekspektasi…



1 komentar:

nanda mengatakan...

gw sih suka nya sm ratu heart nan sadis and si kucing hantu. secara yg laen biasa aja.